Selasa, 12 April 2011

ANAK ITU SEHARUSNYA SEKOLAH

Melangkahkan kaki keluar rumah kontrakan, seorang anak berjalan membawa tas dengan niat diluar sana ada beberapa harapan yang bepihak kepadanya, mulailah anak itu berjalan selangkah demi selangkah menyisiri jalan dan mengahampiri setiap orang yang ada, dan menawarkan sesuatu yang ada didalam tasnya. Ternyata yang ditawarkan oleh setiap orang adalah beberapa helai baju bekas milik ayahnya dan dia. Waktupun sudah sore menjelang magrib, mataharipun sudah tak tampak yang ada hanyalah rembulan yang sedang mengintip seolah-olah mengintai orang-orang yang sedang lalu-lalang ditengah kemacetan setelah seharian beraktifitas.


Tak lama kemudian sampailah anak itu disebuah rumah dan melihat 2 orang yang telah menyelesaikan pekerjaan sesuatu, dan anak itu berusaha mendekati kedua orang itu menawarkan kemeja dan baju bekas dari dalam tasnya yang di bawa.

Anak itu berkata” kak saya mau jual kemeja bapak saya?.
Kedua orang itu pun menjawab” kenapa di jual?, emang kemana bapaknya?.
Sang anak menjawab” ini untuk bayar kontarakan ka’ yang sudah beberapa bulan belum bayar, bapak saya belum dapet kerja masih nyari kerja ka’?.
Kedua orang” kamu ga’ sekolah?...
Sang anak” udah ga’ ka’ berhenti d kelas 2 SD karena ga ada biaya.

Kemudian dua orang tersebut memberikan dedikit uang untuk membantu karena iba melihat anak ini yang seharusnya sedang memperoleh pendidikan sekolah, kenapa masih berkeliaran menawarkan pakaian bekasnya.

Sepenggal cerita diatas sangat ironis karena di tengah gencarnya pemerintah untuk pendidikan gratis bagi anak yang kurang mampu dan dana pendidikan di naikan menjadi 20% masih ada segelintir anak yang belum mendapatkan pendidikan. Padahal cerita kejadian diatas berada daerah sekitar ibukota yang notabennya dekat dengan pusat pemerintahan, dan aksesnya mudah dan gampang.

Seharusnya anak itu sedang menikmati dan merasakan dunia sekolah atau pendidikan untuk masa depannya, tetapi dengan alas an ekonomi semua itu musna dan sirna bagaikan debu yang beterbangan dihempas angin. Anak itu merupakan aset bagi bangsa ini janganlah menyia-nyiakan dan membelenggu masa depannya.

Kita semua berharap supaya tak ada lagi anak-anak yang seperti itu di negeri ini, tak ada lagi gedung sekolah yang rubuh, tak ada lagi buku sekolah yang mahal. Semoga para pemilik kebijakan peka dan sadar akan masalah dan kejadian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar