Selasa, 16 Mei 2017

KH. MUHAMMAD KHOLIL KAMPUNG BARU CAKUNG (Memoar Seorang Santri)

A.  Lahir dan Besar di Lingkungan Religius

KH. Muhammad Kholil Kp Baru Cakung
KH. Muhammad Kholil Kampung Baru Cakung adalah salah satu Ulama besar di Cakung, Jakarta Timur, Kiyai Kholil atau Haji Koing orang kampung Baru menyebut serta memanggilnya, sedangkan kami para santri akrab menyebut Baba Haji. Beliau lahir di Jakarta lebih tepatnya di sebuah kampung bernama Kampung Baru Cakung pada tanggal 12 Desember 1947, dua tahun setelah kemerdekaan Republik Indonesia.

Beliau lahir dari keluarga Betawi yang sangat religius dan taat beragama, anak pertama dari pasangan H. Abdur Rohim Nausin dan Hj. Siti Maemunah. Ayahnya H. Abdur Rahim merupakan seorang yang taat beragama dan memiliki saudara kandung Ulama besar di Cakung yaitu KH. Abdul Hamid, KH. Abdul Salam, KH. Abdul Halim Mampang, KH. Abdullah Azhari (Adik Ipar).  Sedangakan Hj. Siti Maemunah merupakan wanita kelahiran Kampung Mangga Jakarta Utara dan berasal dari keluarga taat beragama.
Kiyai Kholil semenjak kecil sudah berikan serta ditanamkan ilmu- ilmu agama yang sangat kuat. Sewaktu kecil, menurut penuturan beliau kakeknya H. Nausin sering mengajak ngaji mingguan Habib Ali Al Habsy Kwitang, ketika itu Kakeknya minta Habib Ali untuk mendoakan cucunya supaya jadi Ulama seperti Kiayi Kholil Bangkalan, sontak Habib Ali mengelus dan meniup dengan air ludah kecil di kepala beliau.

 .      B. Menuntut Ilmu dan Para Guru

KH. MUHAMMAD KHOLIL AR BERSAMA KH. MUHAMMAD MUHAJIRIN AMSAR ADDARY
KH. Muhammad Kholil bersama KH. M. Muhajirin Addary
Beranjak dewasa Kiayi Kholil berkeliling mencari dan menuntut Ilmu Agama ke Guru, Kiayai, atau Ulama yang sangat mumpuni, banyak Guru yang di datangi beliau untuk belajar ngaji diantaranya KH. Asmat (Guru Asmat), K.H. Jam'an (Syaikh Jam'an) KH. Abdullah Azhari, KH. Abdul Hamid Nausin, KH Ahmad Dzinun (Kiayi Zen), KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary Bekasi, Syaikh Jam'an, dan masih banyak lagi. Ilmu yang dipelajari dari para gurunya adalah Ilmu Al-Qur’an, Ilmu Hadist, Ilmu Nahwu, Ilmu Shorof, Fiqh, Ushul Fiqh, Mantiq, Tafsir, Balagha. Ilmu Falaq, dan Tasawuf.

Kiyai Kholil ketika menuntut Ilmu selalu ditemani oleh dua orang sahabatnya bersama sama tholabul ‘ilmi, keduanya juga kelak menjadi salah seorang Ulama yang menghiasi Kampung Baru sebagai sarangnya kiayi dan ‘ulama. Mereka adalah KH. Muhammad Ahyad Abdullah Azhari dan Ust. H. Sarmidi. KH. Ahyad adalah sepupu Kiyai Kholil, karena Ibunya merupakan adik H. Abdur Rohim yang tak lain adalah ayah Kiayi Kholil, sedangkan Ust. H. Sarmidi merupakan adik Ipar Kiayi Kholil karena menikah dengan adik kandung beliau yaitu Ustazah Hj. Maspiah.

Jenjang pendidikan yang diraih Kiyai Kholil bukan hanya ilmu-ilmu agama yang notabennya diajarkan di Madrasah, pesantren atau pengajian tradisional lainnya di lingkungan keluarga, terbukti beliau pernah mengenyam pendidikan di Madrasah Mualimin Syaikh Jam'an, menurut penuturan beliau di Mualimin selain belajar Ilmu Agama beliau juga belajar ilmu formal, di sana juga mendapatkan ilmu beretorika, ilmu pidato (ilmu Khitobah), ilmu hitung dan ilmu-ilmu lainnya.

Beliau sangat mencintai dan ta’dzim dengan semua guru-guru yang mengajarkan ilmu kepada beliau, walaupun sering sekali terjadi perbedaan pendapat dan pandangan tentang masalah hukum atau syari’at dalam agama. sewaktu beliau ingin belajar dengan KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary, pendiri Pondok Pesatren An Nida Bekasi. K.H. Muhajirin merupakan lulusan Ma'had Darul Ulum Mekkah pimpinan dan guru besarnya adalah Syaikh Yasin bin Isa Al Fadany.

KH. Muhajirin memiliki hubungan kerabat dekat dengan H. Abdur Rohim orang tua Kiyai Kholil, biasanya beliau memanggil Abeh dengan KH. Muahajirin, walaupun masih ada hubungan kerabat dengan KH. Muhajirin beliau tidak mau seenaknya dalam belajar. Karena menurut cerita Kiyai Kholil, beliau awal masuk belajar selalu saja dimarahi dan terkadang dicuekin. Sebab sebelum masuk pondok K.H. Muhajirin, beliau sudah belajar di mana-mana dan dengan beberapa Ulama atau guru serta telah menguasai beberapa Ilmu Nahwu seperti Jurmiyah, Fawakih, Kawakib, Ibnu Aqil  juga Ilmu Shorof, dan beberapa keilmuan agama lainnya.

beberapa hari situasi seperti itu terjadi tidak membuat psikologi dan semangat beliau turun,  keteguhan hati untuk tholabul ‘Ilm tetap tak tegoyahkan dan ini merupakan rintangan bagi manusia yang sedang dalam perjalanan  fii sabillillah. Melihat keteguhan Kiyai Kholil dipanggilah ke dalam ruang tamu oleh KH. Muhajirin dan bertanya tentang keseriusan belajar serta apa saja yang sudah dipelajari di tempat lain, beliaupun menjawabnya bahwa beberapa level Ilmu Nawhu dan Ilmu Shorof serta Ilmu yang lainnya sudah dipelajari dan dikuasai, respon Sang Guru pun tak menyangka ternyata sudah banyak ilmu yang dikuasai beliau.

KH. Muhajirin pun memberikan keistimewaan seperti tamu kepada kiayi Kholil sebagaimana tamu, selama 3 hari beliau untuk keperluan makan ditanggung dan mencuci pakaian akan dicucikan, bukan hanya itu saja bagi santri yang akan baca kitab harus disimak serta diajarkan terlebih dahulu sebelum maju ke KH. Muhajirin.

      C. Keluarga

Selepas mukim di tempat KH. Muhajirin kembali ke rumahnya Kampung Baru Cakung dan tak lama menikah dengan Hj. Nurwati Mukhtar putri dari salah satu tokoh besar Kampung Baru pada waktu itu yaitu H. Mukhtar Bin Amsir Bin H. Merin. Para santri biasanya memanggil “Nyak  Aji”. Hasil dari perkawinan Kiayi Kholil dengan Hj. Nurwati memberikan keturunan KH. Ahmad Syukron, Ustazah Hj. Siti Multazamah, Ustd. H. Ahmad Fathan, Ustadzah Hj. Rif’ah Rahmawati, Ustazah Hj. Ika Mudrika Wati, Ustd H. Abul ‘Ala Al Maududi, H. Irfan Zidni, dan Hj. Izzah Camalia. Semua putra putri beliau menjadi pengajar nantinya di pesantern yang beliau dirikan, termasuk para menantu yang ikut menjadi pengajar diantaranya adalah Ustd H. Ubaidillah, dan Ustd H. Ahmad Fauzi. 

     D.   Mendirikan Pesantern dan  Mengajarkan Ilmu

      a.  Mendirikan Pesantren Salafiyah Asy Syubban Al Muslimun
KH. Muhammad Kholil Kp Baru Cakung
Keilmuan, kealiman, kewaro’an, serta ketegasan Kiyai Kholil Kampung Baru Cakung tak dapat diragukan lagi, telihat dari beliau mengajarkan dan menididik para santri dan jamaah, terutama tentang masalah syari’at dan tauhid Islam beliau sangat tegas, jika ada yang bertentangan harus disingkirkan serta harus kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW sebagai pedoman hidup.

Kiayi Kholil juga mendirikan Pesantren untuk tempat masyarakat belajar Ilmu Agama, terutama para penerus generasi Islam, maka dari itu diberi nama Pesantren Asy Syubban dan di kemudian hari berubah menjadi Pesatren Salafiyah Asy Syubban Al Muslimun, metode yang di ajarkan adalah Al Qur’an, Hadist dan Kitab-kitab kuning sama seperti halnya pesantern lainnya, bedanya jika di pondok pesantern semua aktifitas sekolah formal dilaksanakan dalam pesantern, sedangkan di Pesantren Asy Syubban hanya malam sampai shubuh, selepas itu kembali ke rumah masing-masing untuk sekolah formal di luar, bisa diistilahkan model pesantern ini adalah “Pesantren Kalong”, ada anekdot dikalangan masyarakat “Santri Asy Syubban di tepok Ngebul” maksudnya santri Asy Syubban apalagi yang sudah alumni untuk masalah dan ditanya ilmu agama pasti paham serta di masyarakat pasti disegani.

Waktu belajar di sana dimulai ba'da Isya, para pengajar adalah para Ustd dan Ustzah yang tak lain adalah putra putri serta murid beliau yang sudah dianggap mumpuni keilmuannya dan sudah terjun di masyarakat, setelah belajar para santri istirahat tidur dan akan dibangunkan ketika menjelang Shubuh dan shalat berjama’ah di Masjid Al Muhabab yang tak jauh dari pesantren, untuk para santriwati berjama'ah di pesantren. Setelah itu kembali untuk ngaji shubuh dengan Kiyai Kholil yang langsung memimpin untuk mengajarkan. 

       b. Model Pendidikan Pesantren Asy Syubban
Model pendidikan Pesantren Asy Syubban tak jauh berbeda dengan model pendidikan pesantren salaf lainnya seprti Kajian kitab kuning Ilmu Nahwu, Ilmu Shorof, Fiqh, Ushul Fiqh, Tafsir, Hadist, Ulumul Qur’an, dan masih banyak lagi. Tingkatan Pesantern Asy Syubban di bagi beberapa jenjang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan serta kemampuan. Pertama Tingkat Tahdiri, jenjang ini merupakan tingkatan awal karena yang dipelajari diantaranya Bacaan Al Qur’an, Tajwid, Fiqih dasar, Tauhid dasar, Kholasoh (Sejarah), Imla’ dll, kedua Tingkat Satu B (1 B), jenjang ini tahap kedua materi yang diajarkan diantaranya Ilmu Nahwu (Jurmiyah), Ilmu Shorof, Kitab Fiqh, Kitab Hadist, ketiga Tingkat Satu A (1A), jenjang tingkatan ketiga ini sudah agak lebih tinggi mata pelajarana yang diajarkan diantarannya Ilmu Nawhu (Fawakih & Kafrawi), Riyadul Badi’ah, di tingkatan ini sudah sering di ‘Irob, selanjutnya tingkat Dua (II), & Ulya biasanya disebut kelas depan karena tempat belajarnya memang di teras depan rumah kiyai kholil, tingkatan ini termasuk tingkatan paling senior ibaratnya jika pasukan yang paling siap perang yah kelas depan, sebab secara kapasistas kelimuan sudah bisa diandlakan dan sudah ada bassic pelajaran yang diajarkan diantarannya Bulughul Marom, Assulam Al Bayan, Ilmu Tafsir (Attibyan Fii Ulumi alQur’an), Misbahu az Zholam, Kawakib, Mabadi Awaliyah, Mu’inul Mubin, Ibu Aqil, Qotrun Nada, dan masih banyak lagi .

Pengajian selepas shubuh yang diasuh langsung Kiyai Kholil semua santriawan maupun santriwati dikumpulkan untuk ngaji shubuh posisi duduk santriawan di depan dan santriwati di belakang santriawan, pelajaran dan kitab yang diajarkan diantaranya Tafsir Jalalain, Hadist Riyadu as Sholihin, Majmu’ Tauhid, Kifayatul Akhyar, Fiqih Sunnah, Al Asbah Wa Annazhoir, Assunnah wa Al Mubtada'at, Tafsir Showi, Taisiru al Alam, Al Azkar, Hiqozu al Imam, Al Kaba'ir, Al Inabah, Roddul Bid’ah Bii as Sunnah dan masih banyak lagi kitab yang diajarkan di pengajian shubuh, dan semua kitab tersebut terkadang Kiyai Kholil menayakan ‘Irob nya. 

Salah satu kenangan adalah ketika, semua santri berkumpul untuk bersiap ngaji shubuh dan semua pandangan tertuju pada kipas angin yang ada di atas tempat duduk kiayi mengajar, itu merupakan tanda, jika kipas angin menyalah maka baba haji akan keluar dan ngajar, jika tak kujung menyalah dan Nyak Aji keluar sambil berujar “Ngajinya pre’ dulu tong...!!!!!” sontak semua santri menjawab “Iya Nyak Aji...!!!!” semua pun berhamburan keluar untuk pulang. 

Sewaktu libur biasanya para santriawan dan santriwati tidak langsung pulang, karena semua melakukan bersih-bersih, seperti ngelap kaca, menyapu halaman pesantern, membuang sampah, menyiram tanaman kebetulan Kiayi Kholil sangat mencintai tanaman, ada 2 buah pohon jambu yang sangat manis dan sangat banyak ketika berbuah. Peristiwa yang tidak dapat dilupakan adalah nasi goreng Nya' Aji yang sangat lezat, entah apa bumbunya jika disuguhkan di nampan pasti habis.

E.  Pemikiran dan Perjuangan Dakwah


 
KH. Muhammad Kholil AR Kp Baru Cakung
Kiayi Kholil memilki karakteristik pemikiran yang sangat berbeda dengan sebagian Ulama di Cakung, karena pengaruh pemikiran tokoh dan Ulama Islam, seperti Ibnu Taymiyah, Imam Syafiih, dan imam mazahab serta Ulama yang lainnya. Untuk perkara tauhid Kiayi Kholil terpengaruh pemikiran Ibnu Taymiyah karena beberapa karangan Kiyai miliki terutama tauhid, sedangkan untuk mazhab Fiqh terpengaruh Imam Syafiih, walaupun seringkali dalam mengajar membandingkan dengan imam mazhab lainnya contohnya seperti Imam Maliki dan Imam Hambali, serta Imam Hanafi.
Tegas dan kerasnya beliau dalam mengajar maupun cerapah di luar apalagi masalah aqidah beliau tidak akan ada kompromi walaupun berhadap dengan aparat sekalipun. Sikap seperti itu yang akhirnya menjadi salah satu target Ulama yang harus disingkirkan sebab terlalu vokal terhadap rezim pada waktu itu. Menurut penuturan beliau, pernah ketika pulang mengajar ada beberapa motor yang mengikuti dari belakang, semakin kencang kiyai membawa motor vesvanya, semakin kencang juga mereka akhirnya seperti main kejar-kejaran bahkan seperti terbang waktu membawa motor, Alhamdulilah saja waktu itu kiayi Kholil menyalip dan ada mobil yang tak sengaja mengadang pengadara.

Kiyai Kholil tak langsung pulang ke rumah melainkan mampir ke tempat salah satu muridnya dan memintanya untuk mengecek apakah ada pengendara motor yang mondar mandir di depan pesantern, dan ternyata benar adanyan setelah di cek oleh salah seorang murid bahwa ada motor yang sedang bolak balik di depan pesantern. Setelah situasi aman barulah beliau kembali pulang.

Kejadian intimidasi dan teror terhadap Kiyai Kholil tak hanya itu saja, pernah rumah beliau di datangi dan dijaga oleh aparat bersenjata dan tidak memperbolehkan beliau keluar untuk mengajar atau ceramah di luar, namun, beliau bersikeras ini adalah tugas untuk ummat dan memohon kepada Allah agar dimudahkan urusan ini, kekuasaan Allah pun berpihak, seketika seolah tertidur dan secara diam diam kiayi Kholil keluar untuk mengajar, seketika kembali aparat tersebut terkejut kenapa bisa keluar dan menyangka beliau memilki ilmu menghilang.

Perlu diketahui, Kiyai Kholil sebenarnya memilki ilmu silat Betawi, karena dahulu anak betawi harus bisa ngaji dan maen pukul (silat), aliran silat yang dimiliki kiayi Kholil adalah silat Mahbub atau gerak rasa, salah satu kawan akrab beliau yang juga guru silat betawi di kampung Baru namanya Baba Danih Yusuf, aliran silatnya "Ji’it" Cakung dan menjadi salah satu master silat Ji’it di Cakung. Walaupun berbeda, yang satu Kiayi dan yang satu Guru Silat, terkadang menjadi saling melengkapi dalam Amar Ma’ruf Nahi Munkar .

K.H. Muhammad Kholil AR, Cakung
Ancaman selalu saja ada dalam perjuangan dakwah, namun beliau tak gentar sekalipun niat. siapa yang membela agama pasti Allah bantu dan mudahkan jalannya. sering kali Kiyai Kholil mendapat ancaman dan intimidasi dari pihak yang tidak senang dengan gerak gerik dakwah beliau, karena ketika berdakwah bergitu lantang dan tegas kalau urusan syari'at Islam.

Tahun 1980 an, rezim waktu itu menerapkan azas tunggal dan Kiayi Kholil adalah salah satu Ulama yang menentang dengan keras, sampai peristiwa Tanjung Priuk yang menjadi sejarah kelam bangsa kita khususnya umat Islam, pada peristiwa tersebut Kiyai Kholil merupakan salah satu undangan untuk ceramah dan keinginan untuk hadir begitu kuat, namun apa daya ketika hari H kondisi badan Kiayi Kholil kurang sehat dan mengurungkan untuk hadir dalam acara tersebut. Pasca tersiarnya kejadian memilukan di Tanjung Priuk dan beberapa tokoh Islam dan banyak jama'ah yang hadir tewas menjadi syuhada membuat Kiayi Kholil geram, peristiwa itu tidak menciutkan hati beliau bahkan menjadi energi kuat untuk lebih lantang membela agama Allah. Tak hanya itu pernah suatu hari di depan pesantern Asy Syubban berbaris tank panser dan beberapa aparat untuk membatasi langkah dakwah beliau, namun lagi-lagi itu tidak menggetarkan hati Kiayi Kholil untuk terus berdakwah dan syi'ar Islam.

Teror pun berlanjut sampai tahun 98 an, waktu itu kasus Ninja yang membantai dan meneror ulama, kiayi dan guru ngaji. Kiayi Kholil dalam hal ini tak luput dari target para peneror yang mengancam akan membunuhnya jika masih tetap lantang dan keras dalam setiap dakwah dan mengajar. Kondisi teror seperti ini sudah biasa beliau hadapi, jadi tak akan menjadi persoalan bahkan menurut penuturan beliau yang meneror ditantangin untuk datang head to head berhadapan dengannya.   

Hujatan, teror, ancaman, dan intimidasi sudah menjadi langganan dalam dakwah dan mengajar ilmu agama semua itu beliau jalani dengan keteguhan dan pendirian yang kuat, beliau yakin dan menjadi pegangan sampai akhir hayat, jika kita membela dan syi'ar agama Allah jangan pernah takut dan gentar karena Allah akan jamin dan menjadi pembeckup kita.
        
Kiyai Kholil pernah masuk ke dalam Nahdathul Ulama (NU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), bahkan beliau pernah diajukan untuk menduduki posisi Ketua MUI Jakarta Timur, namun menolaknya sebab jika beliau ambil posisi tersebut ummat akan terlantar karena terlalu sibuk dengan posisi itu, akhirnya beliau fokus untuk mengajar dari Masjid ke Masjid, Musholah ke Musholah, Majelis ke Majelis, serta kampung ke kampung. Tak apa beliau di juluki Kiayi kampung yang terpenting demi kemaslahatan ummat, mungkin tak terlalu berlebihan penulis menjuluki Ulama Kultural.

Rutinitas sehari-hari untuk mengajar, menulis, dan berdakwah Kiayi Kholil juga menjadi ketua pengurus Masjid Al Muhabab Kampung Baru Cakung, Masjid Al Muhabab merupakan masjid tertua dan pertama di kampung Baru, dalam cerita  bahkan di bangun sekitar periode akhir 1800 an karena pada waktu itu area Jalan Tipar Cakung dari Pasar Cakung sampai Semper masyarakat belajar mengaji dan ketika hari Jum'at orang-orang berbondong-bondong berjalan dari area Jalan Tipar Cakung untuk Sholat Jum'at. salah satu guru yang mengajar adalah Guru Jabir. Kini pengurusan Masjid Al Muhabab dipegang oleh adik beliau yaitu Ustd. H. Abdul Kholik (H. Boik).

Hari hari Kiyai Kholil tak hanya di isi oleh ceramah dan mengajar saja, akan tetapi setiap tahun bersama-sama dengan Ulama dan para guru Kampung Baru Cakung lainnya, seperti KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary, KH. Abdul Hamid Nausin, KH. Abdul Salam, KH. Abdullah Azhari, KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Dzinun, KH. Muhammad Ahyad, KH. Ahmad Syafiih Abdul Hamid dan para ulama serta guru yang lainnya untuk  menentukan Ru’yahtul Hilal sebagai awal penentuan Ramadhan (puasa) dan Idul Fitri (lebaran). 

F.  Ulama yang Menulis

Kiyai Kholil dikenal bukan hanya Ulama pendakwa saja, tapi beliau juga Ulama yang menulis, terbukti 4 buah kitab yang beliau susun dan tulis semasa hidupnya:

      1. Al Ihsan : Kitab Tajwid yang berbahasa arab melayu, beliau susun guna memudahkan untuk belajar Al-Qur’an dan Tajwid, karena tanpa Ilmu Tajwid baca Al Qur’an akan tak jelas dan ngawur.

      2. Al Qoulu Al Hanif Fii ‘Ilmi Tasrif (1419 H): Kitab ini disusun atau dibuat untuk memudahkan tasrif Ilmu Shorof.

      3. Al Inabah: Kitab ini berisi tentang doa-doa serta dzikir yang sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad dan dipakai oleh para Ulama Mashur.

      4. Roddul Bid’ah Bii as Sunnah: Kitab yang terakhir ini merupakan rangkuman pemikiran beliau yang masalah Bid’ah dan praktek-praktek yang di larang dalama agama, kitab yang dikarang ini adalah karangan terakhir yang beliau curahkan dan beliau langsung ajarkan kepada murid-muridnya sebelum beliau meninggalkan dunia yang fanna ini.

     G.  Akhir Hayat

Pasca rangkumnya kitab yang terkahir yang beliau tulis, kesehatan beliau sudah agak menurun sudah keluar masuk rumah sakit akibat penyakit yang diderita, namun walaupun kondisi kesehatan menurun semangat untuk mengajarkan kepada murid-muridnya dan dakwah para jamaah tak akan pernah menjadi hambatan, sampai suatu ketika beliau di rawat ke rumah sakit di daerah Purwakarta, sebenarnya sebelumnya beliau sudah di rawat di rumah sekit tersebut sudah agak baikan lalu dibawa pulang. pada hari itu mungkin kondisinya menurun kembali maka dibawa kembali ke sana. 

Kondisi Kiayi sempat membaik dan berbicara dengan keluarga, tiba-tiba saja kondisi badan beliau drop dan mendapat tindakan medis. Dokter sudah berusahan melakukan tindakan semampunya. Namun, Allah lebih sayang dan mengabilnya kembali ke pangkuan Nya. Seketika suasana pecah isak tangis keluarga dan harus mengikhlaskan sosok panutan dalam keluarga.

Tanggal 20 Maret 2007 Kabar duka pun sampai di kampung baru, bahwa salah satu ulama yang sangat disegani dan diakui kealiman serta keilmuannya telah tiada, belum genap 60 tahun umur beliau telah meninggalkan kita semua menghadap pemilik alam semesta Sang Maha Khalik, Allah Swt. ketika itu rasa tak percaya bahwa baba haji sudah telah tiada menjadi pergolakan dalam hati semua murid dan jamaah, beberapa murid beliau mencoba menghubungi keluarga untuk memastikan kebenaran tersebut, tapi tidak ada respon. Tanpa pikir panjang berangkatlah menuju pesantern, dari kejauhan suasana rumah begitu ramai dan bendera kuning terikat di sisi jalan, hati dan perasaan terasa lemas entah apa yang di rasa hati ini seperti membeku seketika.

Rasa ingin menangis belum bisa, sebab semasih belum meliha jenzah baba haji masih belum yakin, tak lama dari kejauhan teredengar suara ambulan dan langsung memasuki pekarangan pesantren, dikeluarkan keranda dari dalam mobil serta memindahkan jenazah ke dalam pembaringan, setelah diletakan tepat di bawah terdapat badan yang dalam hari-hari mengajari dan memberikan pelajaran tentang Ilmu sedang terbujur kaku dengan wajah yang berseri dan ikhlas. Sontak saja hati bergetar dan mata tak terasa mengeluarkan air mana, sesak nafas ini melihat sosok sang guru telah tiada.

Pecah suasana di dalam ruangan isak tangis tak dapat ditahan, walaupun pada waktu itu semua seretak membaca surat Yaasin yang di pimpin seorang murid beliau Ustd H. Dasuki Fatih, sampai tersedu-sendu membacanya. Rasa kehilangan dan sedih menyelimuti karena panutan dan sumber Ilmu pergi dari dunia yang fana' ini menghadap Sang Pemilik Alam Raya ini, sebab Allah Swt akan menghilangkan atau menarik sebuah Ilmu dengan mewafatkan Ulama dan Ahli Ilmu. Beliau di makamkan di area Yayasan Asy Syubban Al Muslimun Kampung Baru Cakung.

Masyarakat, murid, dan keluarga harus mengikhlaskan sang guru pergi menghadap Sang Ilahi, semoga Allah menempatkan di tempat terbaik Nya untuk guru kami tercinta. Allahummagfirlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fuanhu. Beliau pergi telah meninggalkan dan mewarisi ilmu-ilmu agama dan semangat perjuangan dakwah kepada semua orang terutama kepada para muridnya yang merasakan dampak manfaat ilmu yang diajarkan beliau, terbukti banyak murid-muridnya yang meneruskan pejuangan mengajarkan ilmu dan dakwah. Diantara muridnya yang sudah berhasil di masyarakat adalah Ustd. H. Ahmad Hifni, Ustd. H. Dasuki Fatih, Ustd. Dasuki Ibrohim, Ustd. Muhammad Kaman, Ustd. H. Nurdin, Ustd. H. Muhammad Ma'sum, Ustd. H. Ahmad Aunillah, Ustd. Khalimi, Ustd. H. Iyazillah, Ustd. H. Abdun Nafi, Ustd. H. Muhammad Syukron, Ustd. H. Zahruddin, Ustd. Hendra Firadus, Ustd. Muhidin, Ustd. Hidayatulloh, Abdullah Syafieh, Hasbulloh, Inayatulloh, dan masih banyak lagi yang tersebar di wilayah Jakarta dan sekitarnya. 

Awal penulisan ini sebenarnya di dasari dengan rasa ta’dzim penulis kepada KH. Muhammad Kholil sebagai guru yang telah memberikan dan mengajarkan ilmu beliau kepada penulis khususnya maupun murid yang pernah belajar kepada beliau khususnya. Penulisan ini semuanya hasil dari ingatan yang terkam dalam memori dan interaksi penulis kepada beliau semasih menjadi santri, dan rata-rata sebagian kisah di atas para murid pasti mengetahuinya. tanpa maksud apapun dalam penulisan ini penulis menghaturkan permohonan maaf jika terjadi kesalahan dan kekurangan dalam tulisan ini.

Satu ungkapan yang pernah terlontar dari beliau “Jika engkau melihat hilal yang berkedip, maka niscaya ia akan menjadi bulan purnama yang bersinar”

Ya Allah berikan tempat terbaik dan terindah bagi guru kami, Ya Allah Ampunilah segala dosanya, Ya Allah masukalah ke dalam surga Mu yang indah.  Amin  

Jakarta, 16 Mei 2017 
Mu'ammar Midan

1 komentar: