Kehidupan ini terus melaju
kencang menerabas ruang dan waktu, terkadang kita tak sadar dengan semua yang telah
di lalui dalam hidup ini contohnya tiba-tiba sudah tak terasa kita dalam
penghujung tahun 2014, dan akan terjadi pergantian tahun menuju tahun 2015. Entah
apa saja yang kita lakukan selama satahun belakangan ini, terkadang juga kita
terlalu focus dengan waktu yang salalu mengejar-ngejar, padahal seharusnya
waktu dengan kita harus jalan beriringan bukan kita yang mengejar atau
sebaliknya. Semoga dalam perjalanan tahun depan dan seterusnya kita bisa jalani
dengan kebaikan dan mencapai tujuan dengan kesuksesan.
Kembali lagi, sebenarnya sedang
tidak membahas pergantian tahun yang sebentar lagi terjadi itu hanya pembukaan
dan pemanis saja supaya tidak ketinggalan moment akhir tahun. Di sini pembahasannya
tentang cinta ala kopi, entah kenapa dalam pikiran terbesit dengan judul ini
tapi yang pasti kenapa kopi yang dipakai karena bagi para penikmat kopi arti
dan filosofi kopi itu sendiri begitu dalam dan bermakna. Kopi itu adalah
dinamika kehidupan, coba saja ada berbagai macam kopi yang ada di bumi
Indonesia ini ada kopi ule kareng, sidikalang, toraja, lampung, malang, kopi
joss dan masih banyak lagi dengan cita rasa yang berbeda-beda.
Menurut Maman Suherman seorang penikmat
kopi kesempurnaan itu sebenarnya pada pahitnya kopi, begitu juga hidup
kesempurnaan hidup ada pada kegetirannya. Apalagi masalah cinta yang selalu
saja begitu dari dulu sampai sekarang dinamikanya. Banyak sekali
problematikanya, dari kegetiran cinta sampai nikmatnnya cinta. Dinamika cinta
memang menggunang berbagai macam cerita dari cojungis, sahabat jadi pacar,
pacar jadi sahabat sampai ada yang hampir lelah mencari cinta.
Cojungis (cowo juga menangis)
ada-ada saja memang jika cowo seperti itu, tapi itu terjadi oleh sebagian kecil
cowo melakukan ini, ada cerita seorang cowo yang polos dan baik serta ga neko-neko mempunyai cewe yang akan di
nikahi tapi cewenya selalu menganggap remeh sang cowo, jalan sama cowo lain,
dan tak pernah kasih kabar bahkan sudah kepergok jalan sama cowo lain, namun
sang cowo masih saja positive thinking
dengan cewe tersebut dan sudah sempat dp gedung acara pernikahan, sempat sedih
dan menitikanair mata karena acara nikahnya batal karena sang cewe sudah tak
suka lagi sedangkan hati sudah tak bisa dialihkan ke lain hati lagi, akhirnya
teman-temannya cukup jengah dengan sikapnya seperti itu karena sebagai cowo
harus bijak dan tegas jika permasalahan masa depan.
Dengan masukan dan nasihat
disekelilingnya cowo itu pun mengambil keputusan dan dengan tegas kepada
cewenya, jika hubungan ini mau di lanjut atau tidak dan akhirnya hubungan
itupun terjalin lagi dengan ketegasan cowo dan penyesalan sang cewe.
Sahabat jadi pacar, sebenanya ini
hanya istilah saja yang digunakan dalam cinta yang dekat, karena tiap hari
ketemu dan entah kenapa benih-benih cinta timbul mungkin karena selau bersama
dan rasa itu tiba-tiba muncul, ada juga pacar jadi sahabat sebenarnya ini kiasan
untuk mempermanis kegetiran dalam hati karena hancurnya perasaan tapi tak mau
diungkapkan atau diwujudkan.
Pasrah menc ari cinta, “mungkin dia sudah lelah” setidaknya
kata-kata itu yang cocok untuk seseorang pengembara cinta yang belum menemukan
tambatan hati namun sudah agak lelah mencarinya, kepasrahanpun datang apalagi
jika ada sosok pujaan hati yang di suka sudah memiliki pasangan dan parahnya
sering jalan bareng untuk waktu yang lama, tak bisa dibayangkan begitu sakit
dan lagi-lagi kata getir yang pantas untuk mengibaratkannya.
Namun dari semua itu pasti ada
hikmah dan pelajaran yang diambil bahwa dinamika cinta itu ibarat kopi rasa
pahit jika di nikmati akan menjadi sempurna, dalam kopi bisa diolah menjadi apa
saja ada kopi susu, kopi manis, kopi es dan sebagainya tergantung kita gimana cara
mencicipi dan menikmatinya, begitu juga dengan cinta tergantung kita cara
menjalani dan menjaganya.
Jika, kopi dinikmati dengan
sesungguh hati akan terasa sempurna dan memiliki cita rasa yang sangat luar
biasa dan cintapun seperti itu jika dijalani dengan ikhlas akan terasa indah
pada waktunya. Ini hanya sekedar catatan subjektif saja melihat fenomena-fenomena yang ada terutama tentang cinta dan kopi.
Jakarta, 29 Desember 2014
Amar Md
Tidak ada komentar:
Posting Komentar