Senin, 29 Desember 2014

CINTA ala KOPI



Kehidupan ini terus melaju kencang menerabas ruang dan waktu, terkadang kita tak sadar dengan semua yang telah di lalui dalam hidup ini contohnya tiba-tiba sudah tak terasa kita dalam penghujung tahun 2014, dan akan terjadi pergantian tahun menuju tahun 2015. Entah apa saja yang kita lakukan selama satahun belakangan ini, terkadang juga kita terlalu focus dengan waktu yang salalu mengejar-ngejar, padahal seharusnya waktu dengan kita harus jalan beriringan bukan kita yang mengejar atau sebaliknya. Semoga dalam perjalanan tahun depan dan seterusnya kita bisa jalani dengan kebaikan dan mencapai tujuan dengan kesuksesan. 

Kembali lagi, sebenarnya sedang tidak membahas pergantian tahun yang sebentar lagi terjadi itu hanya pembukaan dan pemanis saja supaya tidak ketinggalan moment akhir tahun. Di sini pembahasannya tentang cinta ala kopi, entah kenapa dalam pikiran terbesit dengan judul ini tapi yang pasti kenapa kopi yang dipakai karena bagi para penikmat kopi arti dan filosofi kopi itu sendiri begitu dalam dan bermakna. Kopi itu adalah dinamika kehidupan, coba saja ada berbagai macam kopi yang ada di bumi Indonesia ini ada kopi ule kareng, sidikalang, toraja, lampung, malang, kopi joss dan masih banyak lagi dengan cita rasa yang berbeda-beda.


Menurut Maman Suherman seorang penikmat kopi kesempurnaan itu sebenarnya pada pahitnya kopi, begitu juga hidup kesempurnaan hidup ada pada kegetirannya. Apalagi masalah cinta yang selalu saja begitu dari dulu sampai sekarang dinamikanya. Banyak sekali problematikanya, dari kegetiran cinta sampai nikmatnnya cinta. Dinamika cinta memang menggunang berbagai macam cerita dari cojungis, sahabat jadi pacar, pacar jadi sahabat sampai ada yang hampir lelah mencari cinta. 

Cojungis (cowo juga menangis) ada-ada saja memang jika cowo seperti itu, tapi itu terjadi oleh sebagian kecil cowo melakukan ini, ada cerita seorang cowo yang polos dan baik serta ga neko-neko mempunyai cewe yang akan di nikahi tapi cewenya selalu menganggap remeh sang cowo, jalan sama cowo lain, dan tak pernah kasih kabar bahkan sudah kepergok jalan sama cowo lain, namun sang cowo masih saja positive thinking dengan cewe tersebut dan sudah sempat dp gedung acara pernikahan, sempat sedih dan menitikanair mata karena acara nikahnya batal karena sang cewe sudah tak suka lagi sedangkan hati sudah tak bisa dialihkan ke lain hati lagi, akhirnya teman-temannya cukup jengah dengan sikapnya seperti itu karena sebagai cowo harus bijak dan tegas jika permasalahan masa depan.

Dengan masukan dan nasihat disekelilingnya cowo itu pun mengambil keputusan dan dengan tegas kepada cewenya, jika hubungan ini mau di lanjut atau tidak dan akhirnya hubungan itupun terjalin lagi dengan ketegasan cowo dan penyesalan sang cewe.

Sahabat jadi pacar, sebenanya ini hanya istilah saja yang digunakan dalam cinta yang dekat, karena tiap hari ketemu dan entah kenapa benih-benih cinta timbul mungkin karena selau bersama dan rasa itu tiba-tiba muncul, ada juga pacar jadi sahabat sebenarnya ini kiasan untuk mempermanis kegetiran dalam hati karena hancurnya perasaan tapi tak mau diungkapkan atau diwujudkan.

Pasrah menc ari cinta, “mungkin dia sudah lelah” setidaknya kata-kata itu yang cocok untuk seseorang pengembara cinta yang belum menemukan tambatan hati namun sudah agak lelah mencarinya, kepasrahanpun datang apalagi jika ada sosok pujaan hati yang di suka sudah memiliki pasangan dan parahnya sering jalan bareng untuk waktu yang lama, tak bisa dibayangkan begitu sakit dan lagi-lagi kata getir yang pantas untuk mengibaratkannya. 

Namun dari semua itu pasti ada hikmah dan pelajaran yang diambil bahwa dinamika cinta itu ibarat kopi rasa pahit jika di nikmati akan menjadi sempurna, dalam kopi bisa diolah menjadi apa saja ada kopi susu, kopi manis, kopi es dan sebagainya tergantung kita gimana cara mencicipi dan menikmatinya, begitu juga dengan cinta tergantung kita cara menjalani dan menjaganya.

Jika, kopi dinikmati dengan sesungguh hati akan terasa sempurna dan memiliki cita rasa yang sangat luar biasa dan cintapun seperti itu jika dijalani dengan ikhlas akan terasa indah pada waktunya. Ini hanya sekedar catatan subjektif saja melihat fenomena-fenomena yang ada terutama tentang cinta dan kopi.

Jakarta, 29 Desember 2014
Amar Md

Tidak ada komentar:

Posting Komentar