Manusia pada dasarnya adalah
makhluk yang suci dan merdeka, apapun yang dilakukan dan dikehendaki jika
diusahakan pasti tercapai hal ini yang menjadikan manusia menjadi special di
bandingkan makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Tuhan menciptakan makhluk yang
bernama manusia memang dengan berbagai keistimewaan dan sangat sempurna, dan
salah satunya akal.
Dengan akal ini manusia bisa
berbuat apa saja yang dikehendaki tanpa harus ada yang menghalangi, dengan akal
ini juga manusia bisa mengikuti perintah dan ajaran Tuhan bahkan bisa
mengingkari dan meninggalkan perintah serta larangan Tuhan.
Dari akal itu juga manusia bisa baik dan jahat, bisa berbuat yang yang bermanfaat dan membahayakan bagi orang lain, dan itu merupakan watak alamiah kolektif manusia yang selalu ada dan pasti ada serta tidak dapat dipungkiri. Dalam hal ini coba kita untuk mengerucutkan langkah kongkrit perbuatan bermanfaat dan membahayakan yang menjadi watak alamiah manusia.
Sebentar lagi bangsa kita
memperingati hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, pada hari itu bangsa
Indonesia melalui Soekarno dan Hatta mendeklarasikan kepada dunia internasional
bahwa sudah menjadi bangsa yang merdeka dan bebas dari tekanan penjajah, moment
ini menjadi klimaks dari usaha perjuangan yang sekian lama di nantikan dan di
rindukan oleh setiap individu dan jiwa raga rakyat Indonesia.
Rakyat Indonesia pada waktu itu berjuang
bersama-sama dari sabang sampai marauke dengan kemampuan dan kekuatan yang
seadaanya sesuai keadaan masing-masing
tempat, dan hanya satu tujuan yaitu “Merdeka” dari penjajahan yang telah
membelegu dan menyengsarakan selama berabad-abad, dan jika kita lihat antara
satu daerah dengan daerah yang lainya sebenarnya tidak mengetahui satu sama
lain dan sangat berjauhan.
Jadi, apa yang mendasari para
pejuang pada waktu itu untuk berjuang dan lepas dari penjajahan?, hanya satu
yang mendasari mereka adalah naluri alamiah manusia yaitu “merdeka”, itulah
alas an kenapa para pejuang mempertaruhkan jiwa dan raga, mereka rela darah
keluar dari setiap sela-sela kulit keluar dan nyawa dikorbankan asal bangsa ini
“Merdeka”.
Maka seharusnya kita sebagai
penerus cita-cita para founding father dan pejuang yang telah merelakan ide, jiwa,
raga dan keringatnya untuk kemerdekaan bangsa ini memiliki rasa kepedulian
dengan keadaan bangsa, coba kita sadarkan diri kita untuk melihat dan merasakan
jeritan ibu pertiwi yang sedang meringis karena anak kandung bangsa mencoba
mengacak-ngacak bangsa ini.
Indonesia medeka sudah 68 tahun
namun apa yang di hasilkan, hanya tangisan ibu pertiwi yang di hasilkan,
korupsi, kolusi, nepotisme, kekerasan, kesenjangan, dan keterpurukan selalu merongrong
keutuhan bangsa ini, dan ini akibat tangan-tangan sebagian manusia yang
menamakan diri mereka penguasa, pengusaha, dan mewakili rakyat atau atas nama
rakyat.
Jika dilihat hanya sedekit dari
mereka-mereka yang benar-benar tulus memperjuangkannya, hampir sebagian besar
berkontribusi mengikis dan mengahapus indentitas bangsa dan anak bangsa. Rasa
nasionalisme yang ada dalam jiwa raga rakyat terutama pemuda dan pemudi kian
menghilang akibat tidak ada fiterisasi yang membentengi, inilah watak alamiah
manusia yang negative atau membahayakan bagi orang lain.
Bagaimana kita menyikapi
problematika benang kusut yang dihadapi bangsa kita sekarang, sebenarnya moment
Agustus tahun ini karena berbarengan dengan bulan Ramadhan (puasa) dan Hari
Raya Idul Fitri yang menjadi simbol kesucian setelah berpuasa sebulan, dalam
berpuasa kita dilatih kejujuran, ketakwaan,
kepedulian, perjuangan, dan akhirnya setelah melewati itu semua kita
mendapat kesucian jiwa di hari yang Fitri.
Dalam hal ini kejujuran di sini
kita diajak belajar jujur karena jika orang berpuasa atau tidak orang lain
tidak mengetahuinya, untuk ketakwaan kita diajak untuk lebih mengingat dan
mensyukuri apa yang telah di berikan oleh Sang Pencipta, untuk kepedulian kita
diajarkan jika berbuka puasa dan membayar zakat fitrah untuk saling berbagi
dengan sesama dan membuka rasa empati, dan untuk perjuangan adalah kita diajarkan
dari semenjak matahari terbit hingga tenggelam untuk menahan makan dan minum
dan tak akan tergoda oleh apapun semasih kuat menjalankannya.
Setelah sebulan menjalankan
puasa, di hari yang Fitri kita sembali suci seperti bayi yang baru lahir ke
dunia ini, rasa senang dan gembira pun melingkupi bagi orang-orang yang
menjalankan dengan kesunguhan dan ketakwaan.
Bersamaan dengan hari yang Fitri
ada peringatan hari lahirnya bangsa Indonesia yaitu 17 Agustus 1945, di sini
kita mengenang dan mempringati jasa para pahlwan yang telah memperjuangkan
bangsa ini sampai tetes darah terkahir, rasa nasionalisme kita terbangun dengan
moment ini karena kemerdekaan itu mahal harganya, berharap pasca kemerdekaan
ini kita menjaganya dengan memerdekan kemerdekaan dari keadaan yang sedang
membelenggu bangsa ini sekarang.
Kesucian dan kemerdekaan adalah
naluri manusia, jadi yakin suatu saat nanti bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang mandiri dan berdiri sendiri tanpa baying-bayang asing dan merdeka dari
penjajahan modern seperti narkoba dan pencucian otak melalui media. Jika
masyarakat Indonesia sadar maka tujuan yang tak bisa dibayar dan dibeli adalah
kemerdekaan dan kesucian
Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir
Bathin
Selamat Ulang Tahun Bangsa Indonesia ke 68 Tahun
Jakarta, 14 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar