Senin, 19 Agustus 2013

“KEMBALI” SUCI DAN MERDEKA



Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang suci dan merdeka, apapun yang dilakukan dan dikehendaki jika diusahakan pasti tercapai hal ini yang menjadikan manusia menjadi special di bandingkan makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Tuhan menciptakan makhluk yang bernama manusia memang dengan berbagai keistimewaan dan sangat sempurna, dan salah satunya akal.
Dengan akal ini manusia bisa berbuat apa saja yang dikehendaki tanpa harus ada yang menghalangi, dengan akal ini juga manusia bisa mengikuti perintah dan ajaran Tuhan bahkan bisa mengingkari dan meninggalkan perintah serta larangan Tuhan.

Dari akal itu juga manusia bisa baik dan jahat, bisa berbuat yang yang bermanfaat dan membahayakan bagi orang lain, dan itu merupakan watak alamiah kolektif manusia yang selalu ada dan pasti ada serta tidak dapat dipungkiri. Dalam hal ini coba kita untuk mengerucutkan langkah kongkrit perbuatan bermanfaat dan membahayakan yang menjadi watak alamiah manusia.
Sebentar lagi bangsa kita memperingati hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, pada hari itu bangsa Indonesia melalui Soekarno dan Hatta mendeklarasikan kepada dunia internasional bahwa sudah menjadi bangsa yang merdeka dan bebas dari tekanan penjajah, moment ini menjadi klimaks dari usaha perjuangan yang sekian lama di nantikan dan di rindukan oleh setiap individu dan jiwa raga rakyat Indonesia.
Rakyat Indonesia pada waktu itu berjuang bersama-sama dari sabang sampai marauke dengan kemampuan dan kekuatan yang seadaanya sesuai  keadaan masing-masing tempat, dan hanya satu tujuan yaitu “Merdeka” dari penjajahan yang telah membelegu dan menyengsarakan selama berabad-abad, dan jika kita lihat antara satu daerah dengan daerah yang lainya sebenarnya tidak mengetahui satu sama lain dan sangat berjauhan.
Jadi, apa yang mendasari para pejuang pada waktu itu untuk berjuang dan lepas dari penjajahan?, hanya satu yang mendasari mereka adalah naluri alamiah manusia yaitu “merdeka”, itulah alas an kenapa para pejuang mempertaruhkan jiwa dan raga, mereka rela darah keluar dari setiap sela-sela kulit keluar dan nyawa dikorbankan asal bangsa ini “Merdeka”.
Maka seharusnya kita sebagai penerus cita-cita para founding father  dan pejuang yang telah merelakan ide, jiwa, raga dan keringatnya untuk kemerdekaan bangsa ini memiliki rasa kepedulian dengan keadaan bangsa, coba kita sadarkan diri kita untuk melihat dan merasakan jeritan ibu pertiwi yang sedang meringis karena anak kandung bangsa mencoba mengacak-ngacak bangsa ini.
Indonesia medeka sudah 68 tahun namun apa yang di hasilkan, hanya tangisan ibu pertiwi yang di hasilkan, korupsi, kolusi, nepotisme, kekerasan, kesenjangan, dan keterpurukan selalu merongrong keutuhan bangsa ini, dan ini akibat tangan-tangan sebagian manusia yang menamakan diri mereka penguasa, pengusaha, dan mewakili rakyat atau atas nama rakyat.
Jika dilihat hanya sedekit dari mereka-mereka yang benar-benar tulus memperjuangkannya, hampir sebagian besar berkontribusi mengikis dan mengahapus indentitas bangsa dan anak bangsa. Rasa nasionalisme yang ada dalam jiwa raga rakyat terutama pemuda dan pemudi kian menghilang akibat tidak ada fiterisasi yang membentengi, inilah watak alamiah manusia yang negative atau membahayakan bagi orang lain.
Bagaimana kita menyikapi problematika benang kusut yang dihadapi bangsa kita sekarang, sebenarnya moment Agustus tahun ini karena berbarengan dengan bulan Ramadhan (puasa) dan Hari Raya Idul Fitri yang menjadi simbol kesucian setelah berpuasa sebulan, dalam berpuasa kita dilatih kejujuran, ketakwaan,  kepedulian, perjuangan, dan akhirnya setelah melewati itu semua kita mendapat kesucian jiwa di hari yang Fitri.
Dalam hal ini kejujuran di sini kita diajak belajar jujur karena jika orang berpuasa atau tidak orang lain tidak mengetahuinya, untuk ketakwaan kita diajak untuk lebih mengingat dan mensyukuri apa yang telah di berikan oleh Sang Pencipta, untuk kepedulian kita diajarkan jika berbuka puasa dan membayar zakat fitrah untuk saling berbagi dengan sesama dan membuka rasa empati, dan untuk perjuangan adalah kita diajarkan dari semenjak matahari terbit hingga tenggelam untuk menahan makan dan minum dan tak akan tergoda oleh apapun semasih kuat menjalankannya.
Setelah sebulan menjalankan puasa, di hari yang Fitri kita sembali suci seperti bayi yang baru lahir ke dunia ini, rasa senang dan gembira pun melingkupi bagi orang-orang yang menjalankan dengan kesunguhan dan ketakwaan.
Bersamaan dengan hari yang Fitri ada peringatan hari lahirnya bangsa Indonesia yaitu 17 Agustus 1945, di sini kita mengenang dan mempringati jasa para pahlwan yang telah memperjuangkan bangsa ini sampai tetes darah terkahir, rasa nasionalisme kita terbangun dengan moment ini karena kemerdekaan itu mahal harganya, berharap pasca kemerdekaan ini kita menjaganya dengan memerdekan kemerdekaan dari keadaan yang sedang membelenggu bangsa ini sekarang.
Kesucian dan kemerdekaan adalah naluri manusia, jadi yakin suatu saat nanti bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dan berdiri sendiri tanpa baying-bayang asing dan merdeka dari penjajahan modern seperti narkoba dan pencucian otak melalui media. Jika masyarakat Indonesia sadar maka tujuan yang tak bisa dibayar dan dibeli adalah kemerdekaan dan kesucian

Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir Bathin
Selamat Ulang Tahun Bangsa Indonesia ke 68 Tahun

Jakarta, 14 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar