Rabu, 12 Agustus 2015

PARA PEJALAN



Situasi sosio ekonomi Negara kita memang sedang mengalami gejolak yang sangat dahsyat, nilai tukar rupiah lambat laun melemah atas mata uang asing sampai semua bahan pokok naik dan langkah, entah ini hanya permainan pasar atau pengelolaan Negara yang kurang professional. Akan tetapi yang pasti kita harus di hadapi dengan problematika bangsa, kita sebagai anak bangsa hanya berusaha melakukan perbuatan yang kecil untuk mengubahnya, seperti membayar pajak dan menjadi warga Negara yang baik serta yang pasti berdoa ada harapan Indonesia bisa bangkit dan jaya di waktu mendatang.

Berpikir tentang kondisi Negara yang sedang tidak stabil, apalagi masalah kepenatan pribadi entah masalah pekerjaan atau di lingkungan sekitar membuat pikiran butuh situasi yang fresh. Karena pikiran manusia butuh di upgrade atau di refresh untuk kembali normal melakukan aktifitas, kepenatan, kejengahan, keletihan, kegetiran setiap persoalan yang setiap hari di temui dalam lingkup pekerjaan, keluarga, masyarakat bahkan perasaan dan cinta selalu saja ada setiap saat.

Persoalan memang hal alamiah yang harus di hadapi pada setiap individu dalam bermasyarakat atau bersosial, mau tidak mau kita harus menerima dengan lapang dada walaupun terasa lelah. Maka Tuhan begitu adil dalam menciptakan makhluknya, di saat situasi sedang tidak kondusif dan tidak stabil dalam jiwa, Tuhan menyediakan alam untuk kita menikmati dan merenunginya keindahan ciptaan-Nya.


Atas dasar itu sekelompok anak muda ingin melakukan perjalanan menuju salah satu tempat dataran tinggi di Jawa yaitu Gunung Prau di Dieng, memang tempat ini menurut para pendaki adalah tempat permula bagi orang yang ingin mendaki, bisa dikatakan sebelum orang ingin mendaki gunung seperti Merbabu, Semeru dan lain-lain harus mendaki gunung prau ini.

Sekelompok anak muda itu memang melakukan perjalanan dipertemukan dalam satu open trip, namun pada dasarnya alam bawah sadar kolektif yang membawa untuk melakukan perjalanan yaitu kejengahan dan kejenuhan aktifitas sehari-hari.  Anak muda pejalan itu terdiri dari Wawan, Jhonny, Erick, Vando, Machir, Rizky, Jantan, Agung, Afif dan  Amar (gue sendiri), ada lagi yang jadi guide gue lupa namanya “semoga Tuhan memaafkan!!!!!”.

Berawal dari menunggu jemputan di depan mini market yang ternyata mobil Elf Pink begitu manis memang warna Elf nya. Ketika menaikinya dalam perjalanan menuju Dieng Wonosobo di sajikan music New Palapa yang aduhai , tak lama kemudian sajikan film Kadir dan Doyok full ada sebagian yang nonton ada yang tidur terlelap karena lelahnya perasaan, di tambah supirnya yang sangat ahli dalam salip menyalip sampai-sampai membuat jantung berdebar was-was.

Pertengahan jalan sampai Cirebon kita menepi sejenak di warung Nasi Jambalang sekedar mengisi kekosongan perut walaupun pas bayar harganya berangat haji alias nembak, dalam sela-sela menikmati makanan datang seorang wanita yang ternyata ikut dalam satu trip mendaki Gunung Prau sosok wanita itu adalah Era, wanita satu-satunya dan paling cantik yang ikut dengan para pejalan.

Melanjutkan perjalanan kembali semua hening karena tertidur pulas walaupun kecepatan mobil yang tau hanya Tuhan dan sang sopir tak menjadi halangan untuk menikmati lelapnya mata ini. Sesampainya  di Dieng pagi hari sebelum mendaki bersiap-siap di pos pendakian untuk sekedar istirahat dan makan.

Persiapan sudah rapih dan siap, perjalanan pun dimulai dengan tak lupa berdoa pada sang pencipta memohon keselamatan, karena semua ini merupakan kekuasaannya. Kita melakukan pendakian ini bukan untuk menakluka
n alam atau gunung ini, tapi kita melakukan persahabatan dengan alam tanpa alam manusia tidak dapat bebuat apa-apa. Maka bersahabatlah dengan alam jangan sampai alam ini kecewa, jika itu terjadi manusia akan direpotkan dan jadi korban.

Pendakian dimulai, langkah demi langkah diayunkan dengan harapan mencapai puncak. Pada dasarnya itu adalah siklus keadaan yang alamiah manusia, karena semua berawal dari bawah dan dengan ayunan langkah demi langkah serta tekad yang kuat untuk mencapainya dan menggapainya.

Perjalanan baru setengah keadaan nafas sudah agak tidak kuat, begitu berat dan lelah rasanya. Namun ada yang membuat cengah empat anak manusia yang jika dilihat nafasnya masih stabil, yaitu Afif, Agung, Rizky dan Jantan. Sedangkan yang lainnya seperti Jonny, Vando, Wawan, Era, apalagi Erick nafasnya sudah senin-kamis, tetapi semua itu dijalani dan dihadapi dengan kebersamaan dan saling support untuk mencapai puncak. Perlahan demi perlahan ayunan langkah yang sudah lemas namun tekad yang menguatkan terus maju dan berjalan.

Langah kaki menginjak puncak, seketika kelelahan, kepenatan, keletihan, kejengahan, kegetiran dan apapun yang menjadi persoalan hilang seketika yang ada hanya kegembiraan dan kesyukuran atas ini semua. Puncak adalah tujuan semua apa yang ada di bawah, puncak adalah hal yang tertinggi bagi keinginan, puncak adalah bayangan di luar nalar, puncak adalah kebahagiaan yang tak ada harganya, puncak adalah gapaian pemenang, Semua itu harus diiringi tekad yang kuat serta siap menghadapi apapun yang menjadi penghalang ditambah doa sebagai pemulus.

Menyambut kegembiraan mencapai puncak duduk sejenak sambil menikmati indahnya alam dari ketinggian ditemani secangkir kopi hitam dengan senyum canda, begitu nikmat dan tanpa beban untuk dirasa. Setelah sejenak menikmati  kopi beranjak ke lokasi tempat mendirikan tenda untuk tempat istirahat.

Malam tiba melewati senja perut sudah terasa lapar dan yang hanya ada mie instant untuk mengisi perut, namun apa boleh buat tak cukup untuk menambal rasa lapar dengan suasana yang begitu dingin. Malam pun  larut keindahan langit gunung prau begitu indah ribuan bintang menghiasi seakan menjadi penerang malam. Baru kali ini melihat bintang-bintang berkumpul jadi satu seolah-olah membentuk apapun tergantung mata melihat.




Bersambung….. Part 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar