Jumat, 29 April 2011

Radikalisme di Dunia Pendidikan, Benarkah…??????


Pendidikan di Indonesia sekarang sedang menjadi sorotan public,  pasalnya peristiwa terorisme dan  radikalisme  yang sedang hangat-hangatnya terjadi yang melingkupi masyarakat kebanyakan pelakunya adalah pelajar dan mahasiswa, dan ini membuat cengah dunia pendidikan dari institusi sampai guru-guru. Kejadian ini mencoreng kualitas pendidikan kita, apalagi dimedia ada sebuah lembaga penelitian menginformasikan hasil penelitiannya bahwa yang menjadi sasarannya pendidikan agama islam, karena kebanyakan guru agama islam dan siswa yang beragama islam itu terlalu condong berpikiran kea rah sikap radikalisme, apalagi kebanyakan para pelaku terror bom dan yang terjerumus kepada sikap radiaklisme itu pelajar dan mahasiswa.

Selasa, 12 April 2011

ANAK ITU SEHARUSNYA SEKOLAH

Melangkahkan kaki keluar rumah kontrakan, seorang anak berjalan membawa tas dengan niat diluar sana ada beberapa harapan yang bepihak kepadanya, mulailah anak itu berjalan selangkah demi selangkah menyisiri jalan dan mengahampiri setiap orang yang ada, dan menawarkan sesuatu yang ada didalam tasnya. Ternyata yang ditawarkan oleh setiap orang adalah beberapa helai baju bekas milik ayahnya dan dia. Waktupun sudah sore menjelang magrib, mataharipun sudah tak tampak yang ada hanyalah rembulan yang sedang mengintip seolah-olah mengintai orang-orang yang sedang lalu-lalang ditengah kemacetan setelah seharian beraktifitas.

Kamis, 07 April 2011

PERTARUHAN JAKARTA

Jakarta awalnya dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan awal mengenai Jakarta terkumpul sedikit melalui berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan bandar tersebut. Keterangan mengenai kota Jakarta sampai dengan awal kedatangan para penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat sedikit.

Senin, 04 April 2011

PENDIDIKAN AGAMA SEBAGAI DASAR PENDIDIKAN MORAL

Dunia pendidikan di Indonesia sedang mengalami krisis moral, dan ini terjadi pada peserta didik yang semuanya itu calon-calon pemimpin bangsa. Bagaimana pun, krisis moral peserta didik jelas berkaitan dengan krisis-krisis lain yang dihadapi pendidikan nasional kita umumnya. Karena itu, kalau kita mau menilai secara lebih adil dan fair meskipun krisis moral peserta didik merupakan cermin dari krisis lebih luas, yang terdapat dan berakar kuat dalam masyarakat umumnya. Dengan kata lain, krisis moral di antara peserta didik pada berbagai jenjang pendidikan khususnya jenjang menengah dan tinggi bagaimana pun merupakan cermin dari krisis moral dalam masyarakat lebih luas.
Dalam hal pendidikan nasional kebayakan yang di kedepankan hanyalah hal yang kongnitif sedangkan afektif dan psikomotorik cenderung terabaikan oleh para pengajar, apalagi yang diprioritaskan pendidikan eksak saja dan yang diutamakan hanyalah kongnitifnya saja, ini mengakibatkan yang terjadi adalah moral force yang ada pada peserta didik tidak ada atau berkurang maka terjadilah tawuran, kehidupan yang hedonis atau foya-foya, sopan santun terhadap lingkungan, keluarga bahkan samapai ke guru pun yang notabennya membeberikan pengajaran serta pendidikan kepada mereka, serta kurangnya kepekaan social terhadap lingkungan.
Pandangan dasarnya, bahwa kemerosotan akhlak, moral, dan etika peserta didik disebabkan gagalnya pendidikan agama islam di sekolah. Harus diakui, dalam batas tertentu, pendidikan agama islam memiliki kelemahan-kelemahan tertentu, sejak dari jumlah jam yang sangat minim, materi pendidikan agama yang terlalu banyak teoritis, sampai kepada pendekatan pendidikan agama yang cenderung bertumpu pada aspek kognitif dari pada afekif dan psikomotorik peserta didik. Berhadapan dengan berbagai kendala, masalah-masalah seperti ini, pendidikan agama islam tidak atau kurang fungsional dalam membentuk akhlak, moral, dan bahkan kepribadian peserta didik.
Masalah yang disinggung di atas hampir bisa dipastikan hanyalah merupakan krisis yang dihadapi pendidikan nasional umumnya. Krisis yang dihadapi kelihatannya bukan hanya menyangkut kinerja sekolah atau dunia pendidikan umumnya dalam hal kualitas akademis lulusannya, tetapi juga dalam hal mentalitas, moral dan karakter.
Padahal kalau ditinjau lagi tentang masalah pendidikan agama islam yang diterapakan pada sekolah sebenar mensinkronkan antara afektif, psikomotorik, dan kongnitif pada peserta didik, karena dalam kurikulumnya terdapat pengarahan terhadap nilai-nilai moral sekaligus praktek yang dilakukan. Jadi kepekaan akan keadaan serta sikap yang dipraktekan peserta didik dapat dilakukan sehari-hari.
Maka dari itu untuk pendidikan agama Islam yang diterapkan pada sekolah-sekolah harus ditambah jamnya serta mengedepankan kognitif, afektif dan psikomotorik, serta untuk pengawasan terhadap perserta didik harus benar-benar berkesinambungan anatara pemerintah, pendidik atau guru dan orang tua, karena dengan ini modal dasar untuk memperbaiki moralitas anak bangsa yang sudah mengalami degradasi moral dan ini jika dibiarkan dan diabaikan begitu saja dampaknya akan besar terhadap masyarakat dan Negara.